KabarJawa.com — Angin optimisme berhembus dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Bank Indonesia mencatat peningkatan signifikan dari sisi digitalisasi pembayaran.
Sepanjang 2025, transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di DIY menembus 486 juta kali transaksi dengan nilai Rp 41,09 triliun.
Angka ini melonjak 237,19 persen (year on year), menandai transformasi besar dalam perilaku ekonomi masyarakat.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menyebut pencapaian tersebut sebagai bukti bahwa ekosistem digital di Yogyakarta semakin matang.
Pertumbuhan QRIS di DIY tidak hanya mencerminkan adopsi teknologi, tetapi juga perubahan mendasar dalam gaya hidup ekonomi masyarakat.
“QRIS kini bukan sekadar alat transaksi, tetapi simbol efisiensi dan kemandirian digital,” ujar Sri Darmadi dalam paparannya pada kegiatan Ngobras bersama Media se-DIY, Rabu (12/11/2025).
QRIS Menjadi Denyut Nadi Ekonomi Lokal
Sejak diluncurkan pada 17 Agustus 2019, QRIS berkembang pesat di DIY. Data Bank Indonesia menunjukkan, hingga September 2025 terdapat 987.737 merchant yang tergabung, tumbuh 21,24 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, pengguna QRIS telah mencapai 980.591 orang, meningkat 7,42 persen (yoy).
Lebih dari 59 persen merchant berasal dari kategori Usaha Mikro (UMI). Hal ini menegaskan bahwa digitalisasi pembayaran berhasil menembus lapisan ekonomi rakyat. Dari pedagang angkringan, toko kelontong, hingga pelaku UMKM di pasar tradisional kini ikut dalam arus digital ekonomi.
“QRIS memberi ruang kesetaraan. Siapa pun kini bisa bertransaksi cepat, aman, dan transparan. Digitalisasi menjadi gerbang bagi inklusi keuangan yang sesungguhnya,” tegas Sri Darmadi.
Dalam paparannya, BI DIY juga menyampaikan bahwa perekonomian Yogyakarta tumbuh positif 5,40 persen (yoy) pada triwulan III 2025, lebih tinggi dibanding capaian nasional sebesar 5,04 persen.
Meski sedikit melambat dari triwulan sebelumnya, DIY tetap memegang predikat provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Jawa.
Pertumbuhan tersebut disokong oleh sektor konstruksi, industri pengolahan, jasa pendidikan, serta penyediaan akomodasi dan makan-minum. DIY memiliki kombinasi sektor padat karya dan sektor berbasis pengetahuan.
“Ini kekuatan unik Yogyakarta,” ujar Sri Darmadi.
Inflasi, Digitalisasi, dan Sinergi Ekonomi
Berdasarkan data BPS, inflasi DIY pada Oktober 2025 tercatat sebesar 0,42 persen (mtm) atau 2,90 persen (yoy). Angka tersebut masih dalam batas terkendali dan sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional (2,86 persen yoy).
BI DIY menilai kondisi ini mencerminkan daya beli masyarakat yang tetap kuat, didukung oleh pasokan dan distribusi yang stabil.
Melalui sinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Bank Indonesia memperkuat strategi 4K: Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
Program seperti MRANTASI (Masyarakat lan Pedagang Tanggap Inflasi) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) menjadi garda depan menjaga stabilitas harga di pasar.
Tahun 2025 juga mencatat deretan inisiatif digital yang menjadikan teknologi bagian dari budaya Jogja. Program seperti Jogja QRIStimewa Run, QRIS Tap Transportasi, serta QRIS Jelajah Budaya menggandeng pelaku pariwisata dan komunitas seni untuk memperluas pemanfaatan transaksi digital.
“Digitalisasi tidak harus kaku. Di Jogja, QRIS bisa masuk ke sektor budaya, pendidikan, hingga keagamaan. Kita membangun ekosistem yang cair, adaptif, dan khas,” terang Sri Darmadi.
Melalui inisiatif tersebut, masyarakat tak hanya belajar menggunakan teknologi, tetapi juga memahami nilai baru: efisiensi, transparansi, dan kejujuran ekonomi.
Bank Indonesia DIY menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga momentum pertumbuhan.
Kegiatan seperti Yogyakarta Economic Symposium (YES), Semarak Ekonomi Syariah (SEMESTA) 2025, dan Grebeg UMKM x Djamuan Istimewa menjadi bukti bahwa sinergi antara BI, Pemda DIY, lembaga keuangan, dan masyarakat terus kuat.
Event Grebeg UMKM tahun ini mencatat 121 ribu pengunjung dengan nilai transaksi Rp 11 miliar dan business matching senilai Rp 18,43 miliar. Sebanyak 19 UMKM binaan berhasil menembus pasar ekspor.
Sri Darmadi menegaskan bahwa momentum ini harus dijaga. “Kita sedang menuju era di mana uang digital, transaksi nirsentuh, dan literasi ekonomi akan menjadi bagian keseharian. DIY harus menjadi contoh bahwa ekonomi digital bisa tumbuh tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal.”
Bank Indonesia berkomitmen memperkuat fondasi ekonomi daerah melalui perluasan literasi digital, pemberdayaan UMKM, dan pengendalian inflasi yang berkelanjutan.
“Sinergi adalah kata kuncinya. Ketika seluruh elemen bergerak bersama, ekonomi Jogja bukan hanya tangguh, tapi juga berdaulat secara digital,” pungkas Sri Darmadi.
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door
Download Film
A gaming center is a dedicated space where people come together to play video games, whether on PCs, consoles, or arcade machines. These centers can offer a range of services, from casual gaming sessions to competitive tournaments.