Dinas Kebudayaan Gunungkidul Kesulitan Menyusun Kalender Event Tradisi untuk Menarik Wisatawan

Ilustrasi | Dinas Kebudayaan Gunungkidul menghadapi tantangan pembuatan kalender event budaya yang berbasis kalender jawa. (Pixabay)

KABARJAWA – Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul mengakui tengah menghadapi kesulitan dalam menyusun kalender event tradisi yang bertujuan menarik wisatawan, baik mancanegara maupun lokal.

Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Agus Mantara, menyampaikan bahwa penyusunan kalender budaya masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal kepastian jadwal upacara adat berbasis kalender Jawa.

Agus menjelaskan bahwa berbagai potensi tradisi dan budaya lokal di Gunungkidul sebenarnya mampu menarik wisatawan dari berbagai daerah.

Pihaknya bersama kelurahan dan penggiat budaya terus berupaya merangkul event tradisional agar dapat di kemas sebagai daya tarik wisata yang berkelanjutan.

“Jadi tujuannya setiap aktivitas budaya memiliki potensi besar untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat lokal. Ketika wisatawan datang menyaksikan upacara adat atau festival budaya, maka perputaran ekonomi pun terjadi—mulai dari kuliner, kerajinan, hingga jasa penginapan,” lanjutnya.

Dinas Kebudayaan Gunungkidul pun telah melakukan promosi budaya ke berbagai daerah di Indonesia. Dalam promosi tersebut, pihaknya bertemu langsung dengan sejumlah pelaku industri wisata, termasuk agen-agen travel.

“Travel legend yang kami temui siap menghadirkan wisatawan ke Gunungkidul, asalkan kami memiliki kalender event budaya yang rapi dan dapat dipastikan jadwalnya,” ujar Agus.

Menurut Agus, salah satu tantangan utama dalam penyusunan kalender event tradisi di Gunungkidul adalah penentuan waktu upacara adat yang masih mengacu pada kalender Jawa.

Sistem penanggalan ini seringkali tidak menggunakan kalender Masehi sehingga menyulitkan dalam menentukan tanggal pasti pelaksanaan.

“Banyak upacara adat kecil di desa-desa yang tidak menetapkan tanggal tetap. Kadang mereka menggelar acara berdasarkan hitungan Kejawen, sehingga bisa maju atau mundur. Ini yang menyulitkan kami dalam membuat jadwal yang bisa kami publikasikan ke wisatawan,” jelas Agus.

Agus juga menambahkan bahwa upacara adat besar seperti “Rasulan” atau “Bersih Desa” umumnya sudah memiliki pola dan jadwal yang lebih mudah diprediksi.

Namun, untuk upacara kecil yang bersifat lokal dan sakral, pihaknya masih memerlukan komunikasi intensif dengan para tetua adat dan tokoh masyarakat.

Sebagai solusi, Dinas Kebudayaan Gunungkidul akan mendorong kolaborasi lebih erat antara pemerintah desa, penggiat budaya, dan tokoh adat.

Pihaknya ingin mendorong terbentuknya sistem dokumentasi digital untuk pencatatan budaya, termasuk pola waktu pelaksanaan event tradisional berdasarkan kalender Jawa.

Agus menyebutkan bahwa perencanaan digital ini tidak hanya berguna bagi penyelenggara, tetapi juga sangat penting untuk pelaku wisata seperti biro perjalanan.

Dia mengakui jika Travel agent butuh kepastian waktu agar bisa menyusun paket wisata yang terintegrasi.

“Dengan adanya kalender event yang jelas, mereka bisa mengatur rute dan jadwal kunjungan wisatawan ke Gunungkidul,” jelasnya.

Dinas Kebudayaan Gunungkidul berharap agar tradisi dan budaya lokal bisa menjadi magnet utama dalam mendongkrak sektor pariwisata daerah.

Pihaknya tidak hanya menjual alam Gunungkidul, tetapi juga menjual budaya dan nilai-nilai luhur masyarakat wilayah ini.

Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku budaya, dan industri wisata, Agus optimistis Gunungkidul bisa menjadi destinasi budaya unggulan di DIY bahkan Indonesia.

Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, pihaknya harus terlebih dahulu menuntaskan pekerjaan rumah dalam menyusun kalender budaya yang akurat, informatif, dan menarik bagi wisatawan.

Game News

Gaming Center

Berita Olahraga

Berita Olahraga

Anime Batch

News

Pelajaran Sekolah

Berita Terkini

Berita Terkini

Review Film

A gaming center is a dedicated space where people come together to play video games, whether on PCs, consoles, or arcade machines. These centers can offer a range of services, from casual gaming sessions to competitive tournaments.

More From Author

Mendagri Izinkan Kegiatan MICE di Hotel, PHRI DIY Desak Pelonggaran Anggaran Pemda

Kandungan Herbal Freshmag Jadi Sorotan, Dinilai Efektif Atasi Gangguan Lambung