Jejak Kuliner Tradisional Jawa yang Nyaris Terlupakan

Kupat Tahu yang merupakan salah satu sajian kuliner tradisional Jawa (Dok. Burhan Andre)

KabarJawa.com – Di tengah gempuran kuliner modern serta franchise makanan kekinian yang menjamur di setiap sudut kota, kuliner tradisional Jawa perlahan mulai kehilangan tempatnya di hati generasi muda.

Beragam pilihan kuliner seperti kupat tahu, tiwul, dan getuk yang dulunya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, kini mulai sulit ditemukan.

Padahal, di balik kesederhanaannya, kuliner tradisional ini menyimpan nilai filosofis, sejarah perjuangan, dan kearifan lokal yang sangat berharga.

Untuk itu, mari sejenak kita menelusuri satu per satu jejak kuliner tradisional Jawa yang hampir terlupakan, menggali kisah di balik setiap sajian, serta memahami mengapa makanan-makanan ini layak untuk dilestarikan dan diperkenalkan kembali kepada generasi masa kini.

Kupat Tahu – Harmoni Rasa dari Magelang

Kupat tahu merupakan salah satu kuliner ikonik dari Magelang yang telah menjadi bagian penting kuliner Jawa Tengah.

Hidangan ini terdiri dari kupat (ketupat) yang dipotong-potong, tahu goreng, tauge, dan kol yang disiram kuah kacang gurih bercampur kecap manis. Kesederhanaan bahan-bahannya justru menciptakan harmoni rasa yang khas.

Yang menarik dari kupat tahu adalah filosofi kebersamaan dalam setiap komponennya. Kupat melambangkan nasi sebagai makanan pokok, tahu sebagai protein nabati yang terjangkau, sementara sayuran segar menunjukkan keseimbangan gizi.

Dahulu, kupat tahu bukan hanya makanan kenyang, tetapi juga simbol bagaimana masyarakat Jawa bisa menciptakan kelezatan dari bahan-bahan sederhana yang ada di sekitar mereka.

Sayangnya, saat ini kupat tahu mulai terpinggirkan oleh makanan cepat saji. Pedagang kupat tahu tradisional semakin berkurang, dan generasi muda lebih memilih burger atau pasta sebagai comfort food mereka.

Tiwul: dari Makanan Paceklik hingga Warisan Kuliner

Tiwul khas Gunungkidul (Dok. Gunungkidulkab)

Tiwul mungkin adalah makanan yang paling sarat dengan sejarah perjuangan rakyat Jawa.  Terbuat dari singkong yang dikeringkan dan ditumbuk menjadi gaplek, lalu dikukus, tiwul dulunya adalah makanan alternatif di masa paceklik ketika beras sulit didapat.

Berdasarkan laman resmi Universitas Negeri Yogyakarta, diketahui bahwa tiwul bahkan sempat menjadi makanan pokok sehari-hari masyarakat.

Teksturnya yang unik, agak kasar namun pulen, dengan rasa sedikit manis alami dari singkong, membuat tiwul memiliki karakter tersendiri.

Biasanya tiwul disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah, misalnya tiwul khas Gunungkidul, atau versi lainnya dimakan bareng sayur dan sambal untuk versi gurihnya. Kandungan serat yang tinggi dalam tiwul juga membuatnya lebih sehat dibanding nasi putih.

Namun, stigma sebagai makanan orang “kurang mampu” membuat banyak orang enggan mengonsumsi tiwul.

Padahal, saat ini tiwul mulai direvitalisasi sebagai makanan tradisional yang unik dan bernilai gizi tinggi, bahkan mulai dijadikan oleh-oleh khas dan disajikan di restoran dengan konsep modern.

Getuk – Sajian Penuh Kenangan

Meriahkan Hari Jadi ke-1119, Kota Magelang Gelar Grebeg Getuk dan Serangkaian Acara Spektakuler
Getuk (Sumber Gambar: Ilustrasi:Pinterest/Nunung Noor Aisyah)

Getuk adalah jajanan tradisional berbahan dasar singkong yang dikukus, ditumbuk halus, dicampur gula, dan dibentuk sesuai selera.

Variasinya beragam, dari getuk lindri yang dibentuk bulat dengan warna-warni cerah, hingga getuk trio yang memiliki tiga lapis warna berbeda. Ada juga getuk goreng yang memberikan tekstur renyah di luar namun lembut di dalam.

Getuk mencerminkan kreativitas kuliner Jawa dalam mengolah bahan lokal menjadi camilan yang nikmat. Setiap daerah memiliki ciri khas getuk masing-masing, seperti getuk Sokaraja dari Banyumas yang terkenal sangat lembut dan manis.

Kini, getuk mulai jarang ditemui di pasaran modern. Anak-anak lebih mengenal cokelat impor atau permen kemasan dibanding getuk buatan tangan. Padahal, getuk adalah bukti bahwa camilan tradisional kita tak kalah lezat dan jauh lebih alami.

Upaya Pelestarian yang Perlu Didukung

Beberapa pelaku kuliner dan komunitas budaya mulai menggaungkan kembali pentingnya melestarikan kuliner tradisional Jawa.

Melalui festival kuliner, workshop memasak, dan promosi di media sosial, mereka berusaha memperkenalkan kembali makanan-makanan ini kepada generasi muda.

Maka, penting bagi kita untuk tidak hanya mengonsumsi, tetapi juga memahami nilai budaya dan sejarah di balik setiap hidangan tradisional, sehingga warisan kuliner Jawa tidak hanya menjadi kenangan, tetapi tetap hidup dan relevan di masa yang akan datang.***

News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door

Download Film

A gaming center is a dedicated space where people come together to play video games, whether on PCs, consoles, or arcade machines. These centers can offer a range of services, from casual gaming sessions to competitive tournaments.

More From Author

Install Vaultwarden Server di NAT VPS

End-to-End Encrypted Storage dengan Hoodik