Mengungkap Asal-usul Nasi Berkat dan Perannya dalam Tradisi Masyarakat Jawa

Ilustrasi – Nasi Berkat yang simpan sejarah panjang (Dok. Burhan Andre)

KABAR JAWA – Bagi masyarakat Jawa, nama Nasi Berkat tentu bukan sesuatu yang asing.

Sejak dahulu, sajian ini kerap hadir di berbagai acara adat dan perayaan penting. Nasi berkat atau yang juga dikenal dengan sebutan sego berkat bukan sekadar makanan, melainkan sebuah simbol kebersamaan, doa, dan ungkapan rasa syukur.

Isinya berupa nasi putih yang dilengkapi lauk pauk beragam, lalu dibagikan kepada para tamu dalam momen khusus seperti syukuran, khitanan, pernikahan, slametan, hingga kenduri.

Namun, di balik kelezatan dan keragaman isiannya, ada cerita panjang yang melatarbelakangi lahirnya tradisi nasi berkat.

Jejak Asal-usul Nasi Berkat

Sejarah nasi berkat dipercaya telah ada sejak masa penyebaran Islam di tanah Jawa, tepatnya pada era Wali Songo.

Melansir dari berbagai sumber, pada masa itu, nasi berkat hadir sebagai bentuk sedekah yang diberikan setelah doa bersama.

Harapannya, sedekah yang dibagikan tersebut membawa keberkahan, tidak hanya bagi pemberi tetapi juga bagi penerima.

Dengan kata lain, tuan rumah yang menyajikan nasi berkat sekaligus memohon doa agar hidupnya senantiasa dipenuhi kebaikan.

Selain versi sejarah yang terkait dengan Wali Songo, ada pula pandangan lain mengenai asal-usul nasi berkat.

Menurut versi ini, tradisi nasi berkat berakar dari nilai-nilai luhur masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi kebersamaan.

Istilah “berkat” sendiri berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan dan manfaat. Dalam wujudnya yang sederhana, nasi berkat menjadi medium untuk mengekspresikan syukur kepada Tuhan sekaligus berbagi dengan sesama.

Maka tidak heran jika hingga kini nasi berkat masih sering hadir dalam berbagai acara penting seperti tahlilan, slametan, maupun hajatan keluarga.

Isi Nasi Berkat

Tradisi berbagi nasi berkat telah berlangsung turun-temurun. Meski setiap daerah atau keluarga memiliki cara berbeda dalam penyajiannya, esensi dari sajian ini tetap sama, yaitu membagikan makanan penuh makna.

Satu paket nasi berkat biasanya terdiri dari nasi putih dengan lauk-pauk yang bervariasi.

Daging ayam sering diolah menjadi rendang, semur, atau digoreng. Ikan dan daging sapi juga kerap dijadikan lauk utama.

Tidak jarang, telur rebus lengkap dengan kulitnya dimasukkan sebagai pelengkap. Sayur-mayur seperti lodeh, urap, oseng-oseng, gudeg, dan serundeng juga menambah kekayaan rasa.

Sambal, acar, maupun kerupuk hampir selalu hadir sebagai pendamping yang menambah selera makan.

Meski variasi isian bisa berbeda tergantung kemampuan dan selera pemilik acara, semangatnya tetap sama yakni berbagi rezeki kepada orang lain dalam suasana penuh syukur.

Filosofi di Balik Nasi Berkat

Lebih dari sekadar makanan, nasi berkat sarat akan filosofi kehidupan. Nasi putih yang menjadi inti hidangan melambangkan kesucian hati.

Lauk-pauk beraneka ragam menggambarkan keberagaman hidup yang harus diterima dengan penuh keikhlasan.

Sambal atau bumbu pedas menjadi pengingat bahwa kehidupan tidak hanya diisi dengan hal-hal manis, tetapi juga rasa getir yang harus dihadapi dengan lapang dada.

Bahkan cara membungkusnya pun tidak lepas dari makna filosofis. Dahulu, nasi berkat sering dibungkus menggunakan daun pisang.

Pilihan ini tidak hanya praktis dan alami, tetapi juga menunjukkan hubungan harmonis antara manusia dengan alam sekitar.

Wujud Rasa Syukur dan Kebahagiaan

Nasi berkat menjadi simbol rasa syukur tuan rumah yang mengadakan acara. Bagi yang menerima, nasi berkat bukan hanya sebuah bingkisan makanan, melainkan berperan penting sebagai tanda perhatian, penghormatan, dan kebersamaan.

Dengan begitu, tradisi pemberian nasi berkat bakal membawa kebahagiaan yang mampu mempererat hubungan antarwarga.

Tradisi yang Terus Bertahan

Jadi kesimpulannya, jika ditelusuri, ada dua benang merah yang melatarbelakangi tradisi nasi berkat.

Pertama, jejak sejarahnya yang diyakini bermula sejak masa Wali Songo. Kedua, nilai-nilai luhur masyarakat Jawa yang menempatkan kebersamaan dan syukur sebagai fondasi kehidupan.

Keduanya berpadu menjadi tradisi yang hingga kini masih dijaga dan dilestarikan.

Nasi berkat bukan hanya sebuah sajian makanan, melainkan bagian dari perjalanan panjang kebudayaan Jawa.

Di setiap acara, makanan ini hadir tak hanya demi mengenyangkan perut, tetapi juga untuk menguatkan ikatan sosial, menebarkan doa, dan menjaga warisan budaya agar tetap hidup dari generasi ke generasi.***

Game News

Berita Olahraga

News

Berita Terkini

Berita Terbaru

Berita Teknologi

Seputar Teknologi

Drama Korea

Resep Masakan

Pendidikan

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Download Film

A gaming center is a dedicated space where people come together to play video games, whether on PCs, consoles, or arcade machines. These centers can offer a range of services, from casual gaming sessions to competitive tournaments.

More From Author

Cara Install DNSCrypt + DoH di NAT VPS

Slot Deposit Pulsa Tanpa Potongan yang Gampang dan Cepat