KABARJAWA– Kepastian akhirnya datang. Setelah beberapa hari muncul ketidakpastian akibat gelombang demonstrasi yang berujung ricuh, Jogja Book Fair 2025 tetap berlangsung sesuai jadwal awal.
Pameran buku terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu akan berlangsung mulai Rabu, 3 September 2025, sebagai bagian dari peringatan Hari Literasi Dunia.
Suasana mencekam sempat membayangi penyelenggara. Panitia dan pemangku kepentingan terpaksa menunda publikasi resmi, menunggu bagaimana perkembangan aksi massa yang melanda pusat kota Yogyakarta pada Senin (1/9/2025).
Namun di tengah ketegangan itu, secercah harapan hadir ketika kepastian pelaksanaan diumumkan pada sore harinya.
Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata DPAD DIY, Dewi Ambarwati, mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil dengan penuh kehati-hatian.
Kepastian Jogja Book Fair 2025
Awalnya, kegiatan akan berlangsung mulai 3 September di mana, dengan situasi saat ini, pihaknya perlu menunggu perkembangan lebih lanjut.
“Dan petang ini kami mendapatkan kepastian, sesuai jadwal semula,” ujarnya dalam doa bersama yang digelar di Yogyakarta, Senin (1/9/2025).
Momen yang semula disiapkan sebagai pembukaan meriah justru berubah menjadi ruang hening. Para panitia, penerbit, pegiat literasi, dan undangan yang hadir menundukkan kepala, berdoa agar Jogja Book Fair 2025 tetap bisa berjalan aman dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Selain bayang-bayang kericuhan, penyelenggaraan Jogja Book Fair tahun ini juga menghadapi tantangan berat dari sisi anggaran.
Dana Keistimewaan (Danais) yang biasanya menopang kegiatan literasi mengalami pemangkasan hingga 50 persen. Situasi itu memaksa panitia mencari cara inovatif untuk tetap menghadirkan pameran dengan kualitas terbaik.
“Insyaallah, meski Danais berkurang, kami akan tetap mencari cara agar kegiatan bermanfaat bagi masyarakat. Bahkan sebelum ada Danais pun, literasi tetap berjalan. Prinsipnya, harus tetap memberi manfaat,” tegas Dewi.
Pemangkasan anggaran ini justru menguji kreativitas panitia. Mereka menggandeng komunitas, penerbit, dan lembaga swasta agar event literasi tetap menggeliat.
Hari Literasi Internasional 2025
DPAD DIY menegaskan, Hari Literasi Internasional 2025 bukan hanya seremoni. Tema besar tahun ini, Literasi, Inklusi, dan Kesejahteraan, mengandung pesan penting bahwa literasi mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dewi menekankan, literasi harus menyentuh desa-desa. Warga harus mampu mengakses informasi yang relevan, memanfaatkan pengetahuan dari buku berkualitas, dan mengubah wawasan menjadi kesejahteraan.
“Undang-Undang Perpustakaan menegaskan pemerintah daerah wajib memfasilitasi buku murah. Jogja Book Fair adalah salah satu cara kami menjalankan amanat regulasi itu,” ujarnya.
Di tengah keterbatasan, dukungan penuh datang dari Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DIY. Sekretaris Jenderal Ikapi DIY, Yusuf Effendi, memastikan pihaknya tetap menghadirkan buku murah, berkualitas, dan original tanpa bajakan.
“Pameran buku dan diskusi akan tetap berbasis literasi budaya. Kami ingin menghadirkan buku-buku murah, berkualitas, dan tentu saja original tanpa bajakan. Masyarakat harus bisa menjangkau buku yang baik,” ungkap Yusuf.
Ikapi bahkan menyebut, Jogja Book Fair kali ini diharapkan bisa berlangsung selama 11 hari penuh, mulai 4 hingga 14 September 2025. Namun, keputusan final tetap menunggu pengumuman resmi dari DPAD DIY. (ef linangkung)
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door
Download Film
A gaming center is a dedicated space where people come together to play video games, whether on PCs, consoles, or arcade machines. These centers can offer a range of services, from casual gaming sessions to competitive tournaments.